The Lovely Bones

0
955

The Lovely Bones
Mungkin drama keluarga bukanlah lahan yang baik bagi Peter Jackson..

DATA FILM

  • Judul Film: The Lovely Bones
  • Genre: Drama- Fantasi
  • Sutradara: Peter Jackson
  • Penulis Skenario: Peter Jackson – Fran Walsh – Philippa Boyens
  • Produser: Peter Jackson – Fran Walsh – Carolynne Cunningham – Aimée Peyronnet
  • Studio Produksi: Film4 Productions – WingNut Films
  • Distributor: Paramount Pictures – DreamWorks
  • Negara: Amerika
  • Bahasa: Inggris
  • Durasi: 135 menit
  • Tahun Rilis: 15 Januari 2010


DATA LAINNYA

  • Diangkat dari novel karangan Alice Sebold berjudul sama, The Lovely Bones
  • Academy Awards 2010 : Best Performance by an Actor in a Supporting Role, Stanley Tucci (nominasi)

                                           
PEMERAN UTAMA

  • Saoirse Ronan sebagai Susie Salmon
  • Mark Wahlberg sebagai Jack Salmon
  • Rachel Weisz sebagai Abigail Salmon
  • Anne Hathaway sebagai White Queen
  • Rose McIver sebagai Lindsey Salmon
  • Stanley Tucci sebagai George Harvey
  • Susan Sarandon sebagai Lynn


SINOPSIS

Mungkin tidak ada orang normal di dunia ini yang berharap dirinya akan mati secepat Susie Salmon. Ya, Susie Salmon adalah gadis remaja 14 tahun yang ceria dan penuh dengan kehidupan, namun hidupnya harus berakhir tragis pada malam yang dingin di bulan Desember, akibat di perkosa dan dibunuh secara keji oleh tetangganya sendiri, George Harvey.

Hanya saja Susie tampaknya belum siap mati, dimana hal tersebut membuat jiwanya terjebak di sebuah perbatasan antara bumi dan surga. Dari tempat inilah ia menyaksikan kejadian yang berlangsung di bumi sepeninggal dirinya. Seperti keluarganya yang sangat terpukul atas kehilangannya, penyelidikan yang tidak membuah hasil yang dilakukan oleh polisi, sampai kehidupan sehari-hari George Harvey, sang pembunuh dirinya.



TRAILER

 


REVIEW


Setelah cukup lelah menyelamatkan Middle Earth dari kekuasan gelap Sauron, bertarung dan berlari bersama gorilla raksasa romantis, kini Peter Jackson, salah satu sutradara hebat yang pernah dimiliki Hollywood  ini, mencoba untuk sedikit bersantai sembari mengubah halauannya ke sebuah drama keluarga yang diadaptasi dari novel best seller-nya Alice Sebold, yang memiliki judul sama.

Kali ini tanpa kehadiran para pasukan Uruk Hai ataupun T-Rex, Jackson mencoba menyajikan sebuah kisah menyentuh dari lembaran-lembaran novel setebal 328 halaman ini. Kisah tentang kehidupan, atau lebih pasnya, kehidupan setelah kematian seorang Susie Salmon, yang ber-setting di sebuah kota kecil di Amerika pada tahun 70-an. Bisa dibilang premis yang diusung sudah cukup baik, selain kematian dan duka, The Lovely Bones juga meyinggung tentang kerelaan, ketabahan dan bagaimana manusia dapat menyesuaikan diri sepeninggal orang yang dicintai. Sebuah premis yang tentunya juga dapat terjadi kapan saja kepada Kita, dan juga Anda tentu saja.

Namun sayang, film berbiaya 65 juta Dollar ini hasilnya ternyata jauh dibawa ekspektasi atau bisa dibilang cukup mengecewakan, apalagi untuk ukuran film garapan seorang Peter Jackson. Sepertinya Jackson lebih banyak memfokuskan dirinya untuk membuat sebuah dunia after life seindah dan semenakjubkan mungkin, ketimbang memoles ceritanya, menjadikan film ini terkesan menjadi sebuah film yang “sok” menyentuh, “sok” dramatis, namun tanpa adanya kedalaman cerita yang berarti. Yang ada malah membuat penontonnya lebih sibuk mengagumi keindahan surga buatan Jackson ketimbang merasakan perasaan depresi atau kesedihan akibat kehilangan yang seharusnya lebih mendominasi.

Memang harus diakui untuk penggarapan dunia after life-nya, Jackson terbilang sangat-sangat berhasil meyajikannya dengan sangat luar biasa, penuh warna dan disertai dengan sinematografi yang jempolan, toh sebenarnya Kita juga tidak perlu terlalu heran atau kaget, karena memang itulah salah satu spesialisasi sutradara berkacamata ini seperti yang sudah pernah ditunjukan pada film Jackson sebelumnya. Namun sekali lagi, film dengan premis seperti ini seharusnya mampu berbicara banyak dari segi storyline-nya, ketimbang memaksakan diri untuk membuat visual yang luar biasa yang hasilnya malah menjadi bumerang bagi film itu sendiri.

Mungkin drama keluarga bukanlah lahan yang baik bagi Jackson, jadi alangkah baiknya jika di masa depan nanti Jackson tetap pada genre terbaiknya, Fantasi.

(Hary/Kitareview.com)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here