Minggir, Waktunya Gerakan Muda Memimpin: Soekarno, Samaoen, Moh. Natsir

0
528

1435069954_20100126024627_buku-minggir
“..buku ini bisa dijadikan pelecut semangat untuk berani tampil sebagai pemimpin.”

DATA BUKU

  • Judul Buku: Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin! Soekarno, Samaoen, & Moh. Natsir
  • Jenis Buku: Umum
  • Genre: Komik naratif
  • Penulis: Eko Prasetyo
  • Penerbit: Resist Book
  • Cetakan Pertama: Mei 2008
  • Bahasa: Indonesia
  • Tebal Buku: 264 halaman
  • Dimensi Buku (PxL): 15 x 21 cm
  • No ISBN: 978-979-3723-92
  • Website Resmi Penerbit:
  • Harga: Rp.35.000 (Harga Update Januari 2010)


SINOPSIS


.. kalau pemuda sudah berumur 21, 22
sama sekali tidak berjuang, tak bercita-cita,
tak bergiat untuk tanah air dan bangsa…
pemuda yang begini
baiknya digunduli saja kepalanya…
(pesan Bung Karno)
Udah dekh! Yang tua tak layak mimpin bangsa ini.
Lagian dikasih waktu ndak bisa beresin soal-soal sepele. Rakyat yang nganggur, bencana alam yang trus datang dan yang sial orang miskin tambah banyak! Pernah nggak kamu baca sejarah. Semaoen itu mimpin organisasi umur 14 tahun. Well, kalo dicari penyebabnya tentu karena ia dikasih kesempatan. Orang tua zaman dulu nggak kayak sekarang. Kolot, maunya pegang kekuasaan terus dan susah diganti.

Kamu juga tahu khan: Soekarno dan Moh. Natsir mimpin bangsa ini ketika masih muda. 20-an tahun! Emang sih ada anak muda yang lebih bodoh dan penakut. Tapi itu bukan karena usia. Lebih banyak menjurus pada asuhan dan pendidikan.

Kamu harusnya baca buku ini, jika mau tahu bagaimana pintarnya anak muda zaman dulu. Sensasi tulisan Semaoen, pidato Soekarno dan gaya hidup pak Natsir, bener-bener hebar, brur. Udah deh jangan dibandingin ama politisi sekarang. Sok gaya, sok pinter dan gilanya, tak tau malu. Kalo nggak percaya baca aja buku ini! Kamu bakalan tahu siapa seleb sesungguhnya!


REVIEW

Di pundak kaum muda seringkali disematkan harapan besar sebagai pewaris bangsa ini, tetapi nyatanya kaum muda jarang diberi kesempatan untuk tampil sebagai pemimpin. Baik pada tingkatan organisasi, partai politik hingga kepemimpinan nasional. Pemimpin seringkali diberikan kepada mereka yang “tua” atau mereka yang “senior”.

Tema kaum muda dan kepemimpinan yang dibahas dibuku ini tak lepas dari tema yang menjadi bahan pembicaraan dimasyarakat saat terbitnya buku ini. Mei 2008, adalah masa persiapan pemilihan umum baik legislatif maupun Pemilihan Presiden. Dan, dimasa-masa tersebut, wacana kepemimpinan kaum muda menjadi wacana yang sering dibicarakan. Dan buku ini ikut meramaikan wacana tentang kepemimpinan muda tersebut. Pun, demikian walau Pemilihan Umum telah berlalu, tetapi tema kepemimpinan muda terus layak untuk dibicarakan.

Buku ini sebenarnya berangkat dari keteladanan tokoh nasional yang telah berkiprah sebagai pemimpin saat mereka masih muda. Soekarno, Semaoen, dan Moh. Natsir adalah tokoh yang dianggap memberi teladan bagaimana mereka tampil ke depan sebagai pemimpin saat mereka masih muda. Karena telah berpengalaman tampil sebagai pemimpin organisasi di masa muda. Tak heran jika Soekarno menjadi presiden diusia 44 tahun, Mohammad Natsir menjadi pemimpin Masyumi dan Perdana Menteri saat berusia 42 tahun.  Tokoh nasional lainnya, Sutan Syahrir menjadi Perdana Menteri diusia 36 tahun, Muhammad Hatta menjadi Wakil Presiden diusia 43 tahun, serta Amir Syarifoedin menjadi Perdana Menteri diusia 40 tahun.

Buku ini mencoba membahas kepemimpinan kaum muda dengan bahasa yang sangat provokatif, semacam narasi sentilan kepada kaum muda untuk berani tampil kedepan mempersiapkan diri sebagai pemimpin bangsa. Agar buku ini semakin “renyah” dibaca oleh anak muda, buku ini dilengkapi dengan komik-komik sentilan yang lucu tetapi mengena.

Satu-satunya kelemahan buku ini, walau terkadang menggunakan bahasa-bahasa khas anak muda, tak dapat disangkal, penulis seringkali terjebak dengan bahasa-bahasa “demonstran” yang bagi sebagian kaum muda tertentu bahasa tersebut sulit mereka pahami. Sedangkan bagi mereka yang terbiasa dengan bahasa “demonstran”, bahasa-bahasa gaulnya dipandang justru menghilangkan nuansa “perlawanan” di buku ini. Dalam pandangan Kita, dalam berbahasa, buku ini tidak total ingin berada digaris mana.

Tapi terlepas dari itu, buku ini bisa dijadikan pelecut semangat untuk berani tampil sebagai pemimpin. Untuk menjadi kaum muda progresif. Buku ini, bisa pula dijadikan referensi untuk membicarakan kaum muda dan kepemimpinan. Anda merasa muda? Buruan baca buku ini! (Zoel/Kitareview.com)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here