Review Film Terminator Salvation

Bercerita di masa depan, ketika John Connor, bocah yang di masa lalu atau di film terminator sebelumnya diburu oleh para terminator pemusnah, yang sekarang sudah dewasa dan menjadi salah satu pemimpin dalam peperangan manusia melawan mesin yang diorganisir oleh Skynet. Dengan keadaan dunia yang sudah hancur dan tinggal menyisakan sedikit populasi manusia yang selamat, John selalu berusaha menghimpun manusia yang selamat tersebut untuk melawan Skynet.

Hingga muncul Marcus Wright, manusia semi terminator yang merupakan percobaan Skynet, serta Kyle Reese, pemuda yang disinyalir merupakan ayah dari John Connor. John dan Kyle merupakan buron paling dicari oleh para terminator, karena dipercaya oleh para mesin, dengan kematian mereka, tidak akan ada perlawanan dari manusia. Sementara para manusia pimpinan John mencari cara untuk menghancurkan markas Skynet, para mesin mencoba menggunakan Marcus Wright sebagai pancingan, dimana Marcus sendiri masih dilematis untuk berpihak pada siapapun.

Ini adalah kelanjutan dari 3 film terminator sebelumnya, yaitu The Terminator, Judgement Day dan Rise of The Machine yang ber-setting di masa kini. Sedangkan Salvation ber-setting di masa depan, yang merupakan kelanjutan dari Rise of The Machine. Jadi apa yang ditampilkan di sini adalah adegan peperangan yang sesungguhnya, bukan lagi kejar-kejaran antara John Connor dan para Terminator. Bagi anda penggemar action futuristik, film ini sangat pas untuk anda.

Setting yang dibuat pun sangat realistis dan kusam, sesuai dengan tema kehancuran dunia. Efek computer dan terminator yang hadir di sini juga sangat beragam. Jangan tanya adegan aksinya yang menggelegar, seru, mengkilap dan serba wah. Cerita yang dibuat sengat serius dan kelam, benar-benar menggambarkan aksi heroik manusia melawan mesin.

Saking kelam dan seriusnya film ini, emosi yang dihadirkan dari rangkaian cerita kurang tereksplorasi dengan baik. McG tampak hanya bermain dengan alur tanpa memperhatikan kedalaman emosi tiap karakternya. Dari segi pemain, Sam Worthington sebagai Marcus Wright benar-benar mencuri perhatian. Sebagai manusia setengah cyborg, Sam tampak sangat hidup. Melebihi akting para pemain lain yang tampak sangat serius dan datar, bahkan Christian Bale sekalipun. Walau tampak terlihat lebih kurus dan kotor dengan penampilannya, karena tuntutan peran sebagai John Connor, Bale kurang sanggup mengulang perannya seperti yang ditampilkannya dalam Batman. Karakternya tidak jauh dari kesan amarah dan teriakannya yang khas ala Batman.

Akibat dari semua ini pula, tidak ada lagi interaksi mengasyikkan, seperti antara Arnold Schwarzeneger dan Edward Furlong, yang dulu ditampilkan dengan sangat baik di Judgment Day. Walau tanpa Arnold yang terlanjur menjadi ikon film ini, tetap saja film ini merupakan sebuah sajian segar dan sangat baru, bagi franchise yang tampak begitu oldies. Sudah nonton? Mending buruan deh, sebelum mesin-mesin di sekeliling anda menguasai dunia :p

(Jack/Kitareview.com)