The Road to Empire

0
260

The Road to Empire
..buku ini mendapat anugerah IKAPI-IBF Award 2009, untuk kategori Fiksi Dewasa Terbaik.

DATA BUKU

    • Judul Buku: The Road to Empire
    • Jenis Buku: Novel
    • Genre: Fiksi – Dewasa – Perang
    • Penulis: Sinta Yudisia
    • Penerbit: Lingkar Pena Publishing
    • Bahasa: Indonesia
    • Cetakan Pertama: Desember 2008
    • Tebal Buku: 322 + vi halaman
    • Dimensi Buku (P x L): 13 cm x 20,5 cm
    • No. ISBN: 979-13-6759-0
    • Website Resmi Penerbit: –
    • Harga: 
        • Toko Gunung Agung: Rp.63.000 (Harga Update Maret 2010)


KARAKTER UTAMA

  • Takudar
  • Arghun Khan
  • Buzun
  • Almamuchi
  • Karadiza


SINOPSIS


Takudar, Arghun, Buzun, adalah tiga putra Tuqluq Timur Khan, penguasa kekaisaran Mongolia, keturunan Jenghiz Khan. Setelah pembunuhan terhadap Kaisar dan permaisurinya, Takudar, Pangeran Kesatu yang juga pewaris sah tahta kekaisaran, menghilang. Arghun Khan, Pangeran Kedua naik menjadi Kaisar dengan konspirasi dan bantuan Albuqa Khan, orang kepercayaannya. Sementara Buzun, Pangeran Ketiga, tetap mengabdi di kekaisaran, tapi dengan rasa rindu dan penasaran terhadap hilangnya sang kakak, Takudar.

Arghun Khan menjadi Kaisar dengan semangat ekspansi untuk menguasai dunia, melanjutkan kebesaran leluhurnya, Jenghiz Khan. Ia bahkan berambisi menaklukkan Jerusalem. Namun, dalam gerakan penaklukan dan usaha meluaskan wilayah kekuasaan dengan ambisi yang begitu besar, selalu rakyat yang menjadi korban. Termasuk di dalamnya masyarakat Muslim, yang sejak Khalifah Rasyidin telah menyatu dengan bangsa Mongolia sebagai warga minoritas.

Bagi masyarakat Muslim Mongol, membiarkan gerakan ekspansi berarti juga menyiapkan kuburan massal. Tak ada pilihan, perlawanan harus dilakukan. Pada saat bersamaan, Pangeran Kesatu yang dalam pelariannya diselamatkan oleh orang-orang Muslim, telah kembali. Meski tersisih, menggelandang, dan tak punya kekuatan pasukan, menegakkan kembali kebenaran sejarah adalah sebuah hal yang niscaya. Bersama orang-orang Muslim, Baruji alias Takudar Muhammad Khan merencanakan perlawanan untuk merebut tahta. Buzun, Pangeran Ketiga pun berada dalam dilema. Haruskah ia memihak salah satu kakaknya?

Di sisi lain, perempuan-perempuan yang ada di sekeliling Arghun, Takudar, maupun Buzun, memainkan peran masing-masing. Almamuchi alias Uchatadara, gadis dari suku Tar Muleng yang selama ini setia menjadi pelayan Takudar. Urghana, putri Albuqa Khan yang mencintai Buzun, tapi harus menghadapi kekerasan hati Arghun, yang juga mencintainya. Selir Albuqa Khan, Han Shiang, yang licik. Juga Karadiza, gadis Muslim pemberani yang lugas.

Maka, intrik dan konspirasi politik pun bertabur dalam novel ini. Berbalut kisah heroisme dengan bumbu romantisme yang begitu cantik dikemas.


REVIEW

Membaca buku ini, nyaris tak percaya bahwa penulisnya orang Indonesia tulen kelahiran Yogyakarta. Mengambil setting pasca pemerintahan Tuqluq Timur Khan, Sinta Yudisia berhasil menuturkan sejarah Mongolia yang pelik dengan segala intrik dan ambisi kekuasaan dalam jalinan kata-kata yang mudah diikuti dengan detail memikat.

Deskripsinya tentang pesona alam Mongolia dalam beberapa bahasa metafora yang indah, membuat kita seolah-olah berada di tempat-tempat eksotis itu; melesat kencang di atas kuda, merasai kemegahan pegunungan, panasnya gurun atau hembusan angin lembut di padang stepa beserta para tokoh-tokoh yang diceritakan di dalamnya.

Di awal, Kita mungkin agak kerepotan saat menemui istilah-istilah dalam budaya dan bahasa Mongol yang asing. Namun, catatan kaki di bagian bawah halaman akan membantu para pembaca memahami artinya (sayang, catatan kaki ini tidak diberi penomoran sehingga kurang sistematis). Setelah terbiasa, cerita yang mengalir bisa dinikmati tanpa hambatan berarti. Kadang alurnya berjalan lambat saat kita diajak menyelami dalamnya pemikiran sang tokoh. Kadang cepat dan menghentak saat melukiskan adegan pelarian atau perkelahian.

Dan di antara persiapan panjang menuju klimaks peperangan antara Takudar dan Arghun Khan, terbentuk kisah cinta yang muncul malu-malu, tersembunyi dalam bentuk kata-kata sopan, namun menggelitik. Bagaimana Takudar dan Almamuchi yang berusaha menahan perasaan masing-masing. Pun pengorbanan Buzun yang merelakan kisah cintanya bersama putri cantik Urghana berakhir demi kepentingan yang jauh lebih besar.

Terlepas dari polemik perbedaan pemahaman sejarah tentang masa kepemimpinan Takudar Muhammad Khan dan bagaimana Islam merambah kekaisaran Mongolia melalui keturunan Jenghiz Khan, novel ambisius ini berhasil mempersembahkan nuansa lain kisah sejarah yang cantik. Penulisan detail tentang budaya, tempat, strategi perang hingga petuah-petuah bijak yang disajikan dalam buku ini, menunjukkan hasil kerja keras melalui riset yang dilakukan oleh penulisnya selama bertahun-tahun. Tak heran, buku ini mendapat anugerah IKAPI-IBF Award 2009, untuk kategori Fiksi Dewasa Terbaik.

(Mida/Kitareview.com)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here